Rabu, 14 Maret 2018

Pakaian Adat Provinsi Aceh

Inilah Pakaian Adat Dari Provinsi Aceh (Pria dan Wanita)
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang letaknya berada di ujung barat pulau Sumatera. Provinsi ini mendapat julukan serambi mekah dikarenakan adat kebudayaannya yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan agama Islam dari jazirah Arab. Salah satu kebudayaan tersebut dapat kita temukan pada gaya berpakaiannya. Pakaian adat Aceh baik itu untuk pria maupun untuk wanitanya merupakan percampuran antara kebudayaan melayu dan kebudayaan Islam sehingga pakaian adat ini sangat unik. Nah seperti apakah pakaian adat aceh tersebut? Berikut ini penjelasannya.

Pakaian Adat Aceh Untuk Pengantin Laki-laki

Pakaian adat Aceh untuk pria disebut dengan Linto Baro. Linto Baro ini dahulunya merupakan pakaian adat yang dipakai oleh pria dewasa ketika menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan. Pakaian adat ini diperkirakan mulai ada sejak pada zaman kerajaan Perlak dan juga Samudra Pasai.

Baju Linto Baro sendiri terdiri dari baju atasan yang disebut dengan baju Meukasah, celana panjang yang disebut dengan siluweu, kain sarung yang bernama ijo krong, sebilah senjata siwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional dari Aceh, serta tutup kepala yang bernama Meukeutop. 

1. Baju Meukeusah

Baju meukeusah merupakan baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang umumnya mempunyai warna dasar hitam. Warna hitam di dalam kepercayaan adat Provinsi Aceh merupakan perlambang kebesaran. Oleh sebab itulah tidak jarang baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran dari adat Provinsi Aceh. Pada baju meukeusah kita bisa menemukan sulaman benang emas yang mirip dengan kerah baju China. Bentuk kerah tersebut diperkirakan karena adanya asimilasi kebudayaan aceh dengan kebudayaan china yang dibawa oleh para pelaut dan juga pada pedagang china di masa lampau.

2. Celana Sileuweu

Sama halnya seperti baju, celana panjang yang dipakai pada pakaian adat Provinsi Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Namun, celana atau dalam yang di dalam bahasa Aceh disebut dengan Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa sumber menyebutkan bahwa nama celana ini adalah Celana Cekak Musang, yaitu celana khas dari adat Melayu.

Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang ini dilengkapi dengan pemakaian sarung dari kain songket yang berbahan sutra. Kain sarung yang bernama Ija Lamgugap atau Ija krong atau ija sangket ini diikatkan ke pinggang dengan panjang sebatas lutut atau sekitar 10 centimeter di atas lutut.

3. Tutup Kepala (Meukeutop)

Pengaruh kebudaya Islam di dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya sebuah kopiah yang digunakan sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini mempunyai nama Meukeutop. Meukotop merupakan kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan lilitan Tangkulok, yaitu sebuah lilitan dari tenunan sutra berhiaskan bintang persegi 8 (delapan) dari bahan emas atau kuningan.

4. Senjata Tradisional

Sama halnya seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya yang ada di Indonesia, pakaian adat Provinsi Aceh juga dilengkapi dengan penggunaan senjata tradisional sebagai pelengkap. Senjata tradisional Aceh tersebut adalah Rencong dan umumnya diselipkan di lipatan sarung pada bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala yang menonjol keluar. 

Pakaian Adat Aceh Untuk Pengantin Perempuan

Pakaian adat Aceh untuk perempuan disebut dengan Daro Baro. Pakaian Daro Baro umumnya mempunyai warna yang lebih cerah dibandingkan dengan pakaian Linto Baro. Beberapa warna yang umumnya digunakan adalah warna merah, hijau, kuning, atau ungu. Adapun untuk desainnya sendiri, pakaian adat ini terbilang sangat Islami dan bahkan tertutup. Berikut ini adalah beberapa bagian-bagian dari pakaian adat Aceh bernama Daro Baro tersebut.

1. Baju Kurung

Baju atasan untuk wanita yaitu baju kurung lengan panjang. Baju ini mempunyai kerah dan motif sulaman dari benang emas yang khas seperti baju China. Adapun dari segi bentuknya, baju kurung ini terbilang gombor panjang sampai pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan juga aurat tubuh dari si para pemakainya. Dari bentuk dan juga motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju kurung ini adalah hasil perpaduan antara kebudayaan Melayu, Arab, dan juga Tionghoa.

2. Celana Cekak Musang

Secara umum, celana yang dipakai pada pakaian adat Aceh untuk pria dan juga wanita sama saja. Celana cekak musang ini dilengkapi dengan lilitan sarung hingga sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan sangat mudah melihat wanita Aceh memakai celana ini terutama ketika ada pertunjukan tari saman.

3. Penutup Kepala dan Perhiasan

Sesuai dengan julukan Provinsi Aceh yaitu serambi Mekkah, pakaian adat dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin akan dibuat menutup seluruh auratnya, termasuk dibagian kepalanya. Pada bagian kepala wanita Aceh ditutup dengan jilbab atau kerudung yang bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut dengan patham dhoi. Kepala dan juga bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan berbagai macam pernik perhiasan seperti gelang, kalung, tusuk sanggul anting, dan lain sebagainya.

Sumber:http://www.kamerabudaya.com/2017/09/mengenal-pakaian-adat-dari-provinsi-aceh-pria-dan-wanita.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar